Senin, 15 Juni 2009

Kethoprakan @ FKY 2009

Ketoprakan... salah satu sajian yang ditampilkan dalam Festival Kesenia Yogyakarta pada hari Sabtu (13/6) si BentengVredeburg, Yogyakarta. Cerita ketoprak ini berkisah tentang dua sejoli yang menempuh rintangan dalam jalinan kisah asmaranya dimana orang tua mereka tidak merestui hubungan mereka. Orang tua si perempuan ingin menjodohkan anaknya dengan Tumenggung Banyuwangi, dan orang tua sang lelaki tidak menghendaki karena status mereka yang hanya penjual ayam, sedangkan si perempuan dari keluarga bangsawan.

Cerita ini diawali oleh tarian beberapa wanita desa, mengisahkan suasana desa masa lalu


Lalu dimulailah percekcokan antara kedua sejoli itu. Mereka berselisih paham tentang kelanjutan hubungan mereka.




Sang ibu dari si lelaki mengerti permasalahan anaknya, ia mendukung niat anaknya untuk berusaha mendapatkan kembali kekasihnya. Namun sang ayah tidak setuju, dan sang ibupun membela anaknya hingga akhirnya sang ayah pun mengalah.





Dalam cerita ini ada selingan humor dari dua tokoh, mereka menampilkan humor-humor jenaka dengan beberapa tarian dan nyanyian yang diiringi oleh gamelan. Kisah mereka juga masih seputar cinta antara mereka berdua.






Inilah klimaksnya, ayah dari sang perempuan ingin menjodohkannya dengan Tumenggung Banyuwangi, namun sang ibu tidak terima, dan dimulailah pertikaian antara sang ibu dengan ajudan tumenggung. Tiba-tiba sang lelaki datang untuk menyelamatkan kekasihnya dari tangan ajudan tumenggung banyuwangi. Mereka bertempur dengan sengit, namun pada akhirnya sang lelaki terbunuh oleh keris dari ajudan tumenggung banyuwangi. Sang perempuan tidak terima akan hal itu, namun apa daya, kekuatan yang dimiliki tidak cukup kuat untuk melawan para ajudan tumenggung banyuwangi, maka dibawalah ia kepada tumenggung banyuwangi.













Endingnya agak sedikit aneh, dimana ada beberapa wanita penabur bunga mendatangi mayat sang lelaki, dan tiba-tiba sang lelaki bangkit dan kemudian pergi.




Memang ceritanya agak sedikit aneh, namun cara penyajian yang ditampilkan sangat menarik perhatian. Humor-humor yang diberikan juga sangat menghibur. Menggunakan bahasa jawa yang saat ini sudah hampir pudar merupakan salah satu bentuk apresiasi mereka terhadap kesenian budaya ketoprak dan bahasa jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar